Setidaknya malam ini tak senaif malam malam sebelumnya, malam ini langit ikut menangis seperti hati kecilku, tidak ada lagi yang kudengar selain rintihan langit malam ini, pesan singkat yang urung kau balas dan memang taakan pernah dibalas karna memang tak ada yang kukirim untukmu malam ini, semenjak malam itu. Saat pesan singkat kita tiba tiba menjadi panjang berkat perdebatan kita. Ya sejak malam itu, aku mengurungkan niatku untuk mencintaimu.
Aku selalu rindu perihal malam malam yang dingin yang dihangatkan oleh peluk yang dikirim dengan stiker line darimu, atau foto selfie yang kau kirim mengisyaratkan ingin segera bertemu. Selalu begitu, selalu rindu. Namun aku tau, rindu hanya sekedar rindu. Tak seperti dulu, saat masih ada temu yang menjadi penawarnya.
Bahkan,
Aku sekarang benci untuk sekedar melihan notif tentangmu di handphoneku, aku selalu benci perihal ada orang lain yang membuatmu bahagia selain aku, aku selalu benci perihal ada orang lain yang menghapus sedihmu selain aku. Iya, sebenarnya aku se-cemburu itu.
Malam semakin larut, malam masih menangis sejak sore tadi. Kantuk tak kunjung tiba, rindu tak kunjung reda.
Sudahlah, akhirnya aku dan malam ini sepakat untuk menyudahi rindu yang sudah sudah.